Hari itu Saya mempunyai kesempatan untuk mendampingi putra pertama mengikuti lomba mewarnai di sekolahnya. Semua anak di suruh membawa perlengkapan menggambar, mereka sangat bersemangat untuk mengikuti lomba tersebut, begitu juga orang tua mereka.
Para guru mulai membagikan kertas gambar. Dan lomba dimulai semua anak mulai sibuk menggambar ada yang mulai mewarnai dari kepala dan ada juga yang memulai dari bagian gambar rumput – rumput kecil. Semua anak konsentrasi pada kertas dan krayon.
Tiba – tiba mata saya tertuju pada seorang ibu yang mendampingi anaknya. Ia begitu antusias mengawasi setiap proses yang dilakukan anaknya sering kali ia memberi instruksi kepada anaknya tentang teknik mewarnai yang tidak boleh melewati garis, ibu itu juga mengomentari warna rumput anaknya yang sudah terlanjur di warnai biru bahkan ibu itu juga menentukan semua warna yang ada di gambar itu.
Mengamati ibu tersebut dan respon anaknya terhadap intervensinya, muncul pertanyaan dalam pikiran saya, “ siapakah yang mengikuti lomba? Anak atau Orang tuanya”
Apa yang akan terjadi pada diri anak saat mereka mendapati orang tuanya selalu memberi arahan dan teguran saat mereka melakukan “ kesalahan” Diatas? Berikut ini kemungkinannya :
Mengurangi kesempatan berlatih
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih dan memperbaiki “Kesalahan” yang telah mereka lakukan. Arahan dan teguran telah membuat mereka menahan diri untuk berlatih.
Mengurangi semangat
Arahan dan teguran yang terlalu banyak telah menghilangkan watak asli anak untuk terus mencoba. Mungkin saat lomba mewarnai telah memperbaiki sedikit kualitas pewarnaannya, tetapi di luar lomba dia telah kehilangan semangat untuk menggambar.
Mengurangi Rasa Bangga
Jika menndapatkan hadiah dari lomba, anak tidak merasakan kebanggaan yang berarti. Karena sebenarnya yang melakukannya bukan dari dirinya tetapi orang tuanya.
Mengurangi Rasa Percaya Diri
Anak yang terbiasa di arahkan dan di tegur akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri dan percaya diri. Ia selalu meminta petunjuk dan arahan kepada orang tuanya setiap kali membuat keputusan atas kegiatan yang akan di lakukan.
Terlepas dari fenomena di atas, ada banyak alasan mengapa orang tua sering melakukan campur tangan yang tidak berguna saat anaknya melakukan kegiatan tertentu, di sadari maupun tidak. Di antara alasan tersebut adalah:
Tak Punya toleransi
Orang tua tidak rela jika anak nya membuat kesalahan – kesalahan. “ begini seharusnya membuat istana pasir yang sebenarnya”.
Pentingkan hasil akhir saja
Mereka ingin dapat membanggakan hasil kerja anak-anaknya. Mereka tidak dapat membanggakan hasil kerja anak-anaknya kepada orang lain, jika mebiarkan mereka membatnya sendiri, orang tua lebih mememntinkan produk akhir dari pada proses perkembangan dan pembelajaran
Terlalu Ambisius
Orang tua mempunyai ambisi tersendiri dan tak memberi kesempatan anak mempunyai keinginan sendiri
Pentingkan pendapat orang lain
Mereka sangat mementingkan pendapat orang lain tentang anak- anak mereka. Biasanya mereka ini sangat sensitif terhadap pendapat orang lain tentang ketidak mampuan anaknya jiaka di bandingkan dengan temannya.
Menganggap Anak Tidak Mampu
Mereka ingin merasa selalu di butuhkan oleh anaknya. Banyak orang tua memahami bahwa semua kebutuhan anak ada pada dirinya. Saat anak menata buku belum rapi, buakn berarti ia telah melakukan kesalahan. Tetapi sebenarnya ia belum sempurna di dalam menatanya. Latihan dan contoh yang baik dari lingkungan yang akan memastikan ia dapat menyempurnakannya.
TERIMA KASIH
Penulis : Sri Wahyuni
(Guru Play Group Al- Kautsar)